Tuesday 19 June 2012

Mendesak




Kau tahu, ketika ingatan aku telus kepada dia, badan aku bergegar menahan rasa. Bahu aku terhinjut-hinjut agar tiada suara yang terpecah. Bibir aku ketap sekuat-kuatnya supaya air mata aku tetap di takungan itu. Tetapi, hati aku ini terlalu mendesak untuk jiwa  meraung kepayahan. Lalu, tiada lagi yang mampu aku seka  selain dari titik-titik air dari mata yang memerah. Rupanya, dia merasa apa yang aku rasa. Sebak suaranya masih terngiang-ngiang di telinga sewaktu perbualan kami di corong telefon sejam yang lalu,

* Ibu, anakmu ini rindu *

2 comments:

Moga rezeki ini tiada hentinya